Pandai melihat adanya potensi mungkin menjadi salah satu ciri khas Rudyanto Gho. Terbukti, usai melihat tingginya permintaan bahan bangunan dia memutuskan menjadi pengusaha bahan bangunan dan mendirikan PT. Cahaya Araminta.
Hal ini dikarenakan pembangunan infrastruktur, perumahan dan properti komersial yang terus berkembang di Pekanbaru. Bertempat di Perkantoran Ring Road No.2 ABC Pekanbaru, Riau, bisnis ini berkembang pesat dan dipercaya mendistribusikan sejumlah brand bahan bangunan. Di antaranya brand Granito, Nusaboard, Onduline, Onducasa, Cisangkan, Sanwamas, Gerobak sorong Kingkong, dan cat semprot Bond7.
“Semua tidak lepas dari kerjasama sejumlah stakeholder atau pabrik dengan kami yang ada di daerah. Tentu saja langkah yang diambil harus disesuaikan dengan karakter di daerah kami khususnya Riau. Selain itu, PT. Cahaya Araminta juga menggandeng sejumlah pelaku konstruksi setempat seperti Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Inkindo dan HAKI dalam mengenalkan produk baru serta inovasi-inovasi teranyar agar dapat diimplementasikan ke depannya,” papar pria yang mencintai olahraga lari ini.
Salah satu brand yang dipasarkan adalah Cisangkan. Genteng ini diproduksi menggunakan wet process berteknologi Jepang. Genteng ini juga direndam selama 2x24 jam dan melalui curing alami selama 14-21 hari sehingga memastikan daya tahan maksimal. Selain atap, PT. Cahaya Araminta juga menawarkan lantai granit dari brand Granito. Tidak main-main, lantai ini memperoleh penghargaan “Top Brand No. 1” selama 13 tahun berturut-turut di kategori Granite Tile. Standar kualitas yang dimiliki pun telah teruji karena, mengantongi sertifikasi TKDN dan Green Label Indonesia.
Di sisi lain, Rudianto juga menanggapi isu label Standar Nasional Indonesia (SNI) di Tanah Air dan peraturan impor yang dibuat pemerintah. Menurutnya, peraturan ini dirancang untuk melindungi produk-produk buatan Indonesia agar bisa bersaing di tengah masyarakat. Dia menuturkan, “Salah satu tujuan SNI dan peraturan impor dibuat pemerintah adalah untuk melindungi konsumen dan pelaku industri yang memproduksi produk lokal.
Tanpa adanya hal-hal tersebut, mungkin bisa jadi produk yang ada di toko kebanyakan produk impor dengan kualitas bervariasi dengan harga yang sangat memberatkan persaingan industri kita di Indonesia. Sehingga pelaku bisnis bahan bangunan menjadi ragu meningkatkan investasi mereka di Indonesia. Padahal dengan membangun pabrik di Indonesia selain untuk membuka lapangan pekerjaan, hal tersebut juga membantu pemerintah menambah pendapatan negara.”
Telah menelan asam garam bidang ini, Rudyanto menilai bahwa ke depannya tantangan yang akan dihadapi adalah kecepatan untuk beradaptasi dengan dunia digital karena, saat ini kejelian mencari produk-produk bagus menjadi lebih mudah dan sangat cepat.
Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri untuk kita yang bergerak di bidang material bangunan. Sementara, untuk memilih bahan bangunan yang tepat dia mengatakan bahwa kita harus banyak bertanya atau berdiskusi ke praktisi konstruksi yang tepat dan membaca artikel-artikel yang menginformasikan bahan-bahan bangunan.