Firman S Herwanto: Gandeng Lebih Banyak Arsitek dan Galakkan Pemerataan

House under construction
Indah
07 May 2025

Diberi Amanah sebagai Wakil Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Nasional, dedikasi Firman Setia Herwanto tidak bisa diragukan lagi. Usai bergabung dengan IAI sejak tahun 2002 silam, dia lagi-lagi dipercaya mengemban posisi penting, yakni sebagai Wakil Ketua Umum II periode 2024-2027.

Sebelumnya, pada tahun 2021-2024 dia menjabat sebagai Wakil Sekjen I Pengurus Nasional IAI. Bukan nama baru di organisasi ini, Firman juga pernah menjadi Wakil Ketua IAI Jakarta pada 2010-2012. Program demi program pun dibuat untuk kian memajukan asosiasi ini.

Kini, Firman tengah berfokus untuk melakukan pemerataan keprofesian arsitek ke seluruh penjuru tanah air. Dia menjelaskan, “Secara nasional kita membawahi sekitar 34 provinsi dan 1 perwakilan di Singapura. Dengan berkembangnya provinsi di Indonesia, kami juga berusaha menggandeng teman-teman di 38 provinsi yang ada saat ini. Sayangnya profesi arsitek di daerah belum merata. Itu juga menjadi bagian dari tugas kami untuk melakukan sosialisasi maupun pemerataan kemampuan dari teman-teman arsitek di daerah.”

Baca Juga:

Verian Fernando Christanto: Kembangkan Bisnis Lewat Media Sosial

Gijs Van Seggelen: Gaungkan Penggunaan Material Kayu Akasia

“Oleh karena itu kami membuat satu program, yakni APDC atau kita sebutnya Architectural Professional Development Course. Ini adalah program advanced, program lanjutan untuk para arsitek sehingga dia bisa belajar dari mana pun, secara online, untuk meningkatkan kemampuan mereka.

Kedua adalah ARCH:ID, di event tahunan ini kami selalu mengundang teman-teman dari daerah untuk hadir dan ikut berkontribusi. Baik itu dalam bentuk pameran, mereka bisa pameran bersama atau kemudian mengikuti acara conference dan diskusi-diskusi selama empat hari gelaran berlangsung,” lanjut pria jebolan Arsitektur Universitas Indonesia ini.

Selain menggandeng lebih banyak arsitek di daerah, menurutnya salah satu tantangan yang harus dihadapi adalah pemerataan akses dan kesempatan. Tidak bisa dipungkiri jika saat ini pembangunan masih terkonsentrasi di pulau tertentu. Dia mengakui bahwa arsitek-arsitek yang ada di sini memiliki kebebasan lebih untuk mengeksplorasi desain mereka. Selain itu, tidak sedikit pula kesempatan untuk mendesain bangunan dari skala kecil sampai kompleksitas tinggi.

Padahal, setiap arsitek memerlukan pengalaman untuk mengembangkan kemampuan dan diberi kesempatan untuk bisa terlibat dalam proyek-proyek berskala besar. Untuk itu, salah satu program kegiatan yang memang bisa diikuti secara serempak oleh teman-teman arsitek dari berbagai daerah adalah ketika perencanaan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).

Tidak hanya itu, program lain yang juga dilaksanakan adalah menggalakkan konsep ramah lingkungan. Diperkenalkan dengan nama Bangunan Gedung Hijau (BGH), Firman menjelaskan bahwa ini merupakan konsep dari bangunan yang memenuhi standar teknis gedung dan hemat energi, air, serta sumber daya lainnya. Tujuan gerakan ini adalah tidak hanya menyajikan s

mart building tapi juga sustainable building. Program ini bisa dilakukan dengan memetakan performa bangunan dan apa saja kendala-kendala yang dihadapi selama proses konstruksi, sehingga proses pengerjaan pun lebih efisien, juga hemat biaya dan material.

“Namanya organisasi tentu semakin banyak yang kita kelola. Terutama di penyelenggaraan event seperti saat ini, saya juga harus berkolaborasi dengan banyak pihak. Kami melihat sebenarnya Ikatan Arsitektur Indonesia ini tidak lagi eksklusif membahas tentang arsitektur saja. Kalau bicara arsitektur untuk level Indonesia, itu seharusnya adalah salah satu bentuk lingkungan binaan yang tidak berdiri sendiri. Jadi harus ada kontribusi dan kolaborasi dengan banyak bidang disiplin lainnya. Misalnya ahli struktur dan mechanical electrical, bahkan dalam lingkup yang lebih luas, arsitektur bergantung sekali dengan planologi atau ahli perencana wilayah, ahli rancang kota, ahli lanskap, hingga tata cahaya,” paparnya dengan nada bersemangat.

Di sisi lain, memasuki kepengurusan periode ke dua, pria yang juga menjabat sebagai Direktur Program Arch:ID ini mengaku pengalamannya yang kerap berdiskusi dengan teman-teman pengurus di wilayah masing-masing menjadi salah satu pengalaman cukup menarik.

Di setiap region tentu memiliki keunikan masing-masing dan perbedaannya ini sangat terlihat. Menurutnya, keunikan dari setiap daerah ini kerap membuat berbagai pihak di mancanegara merasa takjub karena perbedaan adat istiadat. IAI Nasional sendiri saat ini memiliki enam region, yakni di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, hingga Papua.

Banner
Tema MAJALAH Terlaris Sepanjang Masa
Rasakan perubahannya!

Berita Baru

Tetap Update

Bang Mat

Membangun ekosistem property yang terintegrasi

INFO KONTAK

  • Telephone: +6281110128883
  • Email: marketing@bangmat.id
  • Alamat: Gd. Istana Pasar Baru lt. 1.20, Jl. Pintu Air Raya No.58, Ps. Baru, Kecamatan Sawah Besar, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10710

© 2025 BANG MAT | All rights reserved