BANGMAT - Di Eropa lumrah melihat bangunan kuno yang menghiasi berbagai sudut kota. Meski bangunan tersebut sudah ada berabad-abad lamanya, tapi banyak pula yang masih difungsikan secara normal.
Soal kokohnya bangunan kuno yang tetap terjaga hingga saat ini, ternyata hal itu tak lepas dari penggunaan zat pelengkap ketika proses pembangunannya.
Dilansir dari CNN, salah satu material yang banyak diaplikasikan dalam pembangunan di zaman kuno adalah beton. Namun beton yang digunakan pada masa itu jelas berbeda dengan beton yang digunakan saat ini.
Baca Juga: Aanstamping Jadi Kunci Perkuat Pondasi dan Struktur Bangunan
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan Romawi hingga China, diketahui bahwa dalam teknik pembangunan kuno itu terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi ketahanan bangunan di Eropa kuno.
Dilansir dari Discover Magazine, berikut adalah material yang digunakan dalam pembangunan yang membuat sebuah bangunan kuno di eropa bertahan hingga berabad-abad.
Pemakaian Abu Vulkanik
Jika dibandingkan dengan komposisi saat ini, komponen dasar beton yang digunakan di masa lampau memang berbeda. Para ilmuwan mendapati bahwa komponen beton di zaman dahulu memiliki campuran abu vulkanik sehingga bangunan akan lebih kuat dan tahan lama.
Menurut studi Science Advances, teknik pencampuran abu vulkanik ke dalam beton menyebabkan munculnya bongkahan mineral kecil di seluruh material. Pada awalnya, bongkahan ini disangka sebagai 'cacat' pada beton, tetapi keberadaannya justru menjadi kunci penting kokohnya beton untuk struktur bangunan kuno pada masa itu hingga yang terbukti hingga saat ini.
Gumpalan Kapur (Lime Clasts)
Beton terbuat dari kombinasi zat yang mengandung kalsium (kapur dan air) serta serangkaian agregat yang dihancurkan halus dan kasar (abu vulkanik dan puing-puing).
Semua para ilmuwan mengira orang Romawi kuno memakai kapur sirih sebagai komposisi pelengkap beton. Pasalnya apabila kapur sirih dicampur dengan air, maka ia akan menyerupai pasta yang nantinya akan menjadi perekat yang bisa memperkokoh beton.
Namun berdasarkan penelitian lebih lanjut, ditemukan bahwa tidak terdapat kandungan kapur sirih dalam komposisi bangunan kuno. Sebaliknya, para ilmuwan yang mempelajari bangunan pada situs arkeologi Privernum di Italia justru menemukan bahwa orang Romawi menambahkan kapur tohor (kapur yang lebih murni tanpa air) yang menyebabkan pembentukan klas beton.
Klas-klas inilah yang kemudian membentuk beton menjadi lebih stabil, sehingga mampu memberi kemampuan otomatis dalam memperbaiki dan membentengi dirinya sendiri.
Setiap retakan terbentuk pada struktur beton, layaknya proses penyembuhan luka, retak tersebut bisa diperbaiki karena klas kalsium yang ditambahkan dalam komposisinya.
Baca Juga: Penggunaan Pilar Dalam Arsitektur Bangunan Bergaya Klasik
Uniknya lagi, jika air merembes ke dalam celah-celah ini, kalsium yang terpecah nantinya akan berubah menjadi larutan jenuh kalsium. Secara otomatis pula zat ini akan mengeras lalu mengisi celah tersebut, sehingga mencegahnya menyebar lebih jauh.
Dengan begitu, para peneliti melihat temuan ini sebagai pembuka pengembangan formulasi beton yang lebih tahan lama, kokoh, dan berkelanjutan untuk masa depan.